KETERLAMBATAN
PERKEMBANGAN
BERJALAN PADA ANAK
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam
kehidupan manusia terdapat dua proses kejiwaan yang terjadi yaitu petumbuhan
dan perkembangan. Pada umumnya istilah pertumbuhan dan perkembangan digunakan
secara bergantian. Padahal kedua proses ini berlangsung secara interdepedensi,
artinya saling bergatung satu sama lain. Kedua proses itu tidak dapat dibadakan
untuk memperjelas penggunaannya. Hasil pertumbuhan anak mengalami perubahan
fisik menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis pada anak, seperti
mulai pada proses menggerakkan badannya hingga anak bisa berjalan pada umumnya.
Pada
pertumbuhan anak mencakup suatu perubahan yang semakin sempurna pada sistem
jaringan pada syaraf dan perubahan struktur jasmani yang lainnya. Dengan
demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan
fisik pada anak. Pada umumnya perkembangan
anak yang
normal, seperti halnya melihat mereka tersenyum,
merangkak, berjalan, berlari, melompat dan berbicara hingga memasuki sekolah
pada usia sekolah dini adalah
hal yang sebenarnya sangat menakjubkan bagi para orang tua maupun para ahli.
Namun bagaimana jika hal itu tidak terjadi pada sebagian anak-anak kita, dimana
mereka belum bisa berjalan di usianya, dan tidak
mampu atau terlambat berbicara atau lambat dan tidak dapat diterima di lingkungan
sosialnya sehingga anak lebih cendrung megurung dirinya, menghindar dari lingkungan
sekitarnya atau
tidak dapat diterima di sekolah pada umum.
Anak-anak ini
pada umumnya mengalami gangguan dalam perkembangannya, baik gangguan yang
mengenai tahap
perkembangannya maupun gangguan yang bersifat emosional sehingga anak terkesan
terlambat dibandingkan anak-anak seusianya. Pada dasarnya, terlambat
berjalan tergantung faktor kematangan fisik dan psikologis anak. Faktor fisik,
misalnya apakah otot kakinya sudah
matang atau belum. Bila sudah matang, dengan sendirinya ia dapat berjalan. Tapi
bila ada kelainan fisik misalnya
ototnya lemah atau cacat, praktis ia terlambat berjalan. Bila tidak ada yang terjadi pada kelainan
fisik dan sudah matang, harus dilihat pula kematangan psikologisnya, apakah ada
kesiapan diri. Misalnya,
tampak keinginannya untuk berjalan dituntun. Sebab, meski kakinya sudah kuat
tapi bila ia belum mau berjalan, takkan terdorong untuk berjalan.
Menurut
Enung Fatimah, ada faktor yang mempegaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada
organisme pada anak adalah sebagai berikut.[1]
1.
Faktor sebelum lahir, seperti peristiwa kekurangan
nutrisi pada ibu janin.
2.
Faktor pada saat kelahiran, seperti pendarahan pada
bagian kepala bayi yang disebabkan terkena dari dinding rahim ibu sewaktu ia
dilahirkan dan efek susunan saraf pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan
dengan antan tang (tangver-lossing).
3.
Faktor yang dialami bayi sesudah lahir, pengalaman
traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala janin terpukul
atau mengalami serangan sinar matahari (zonnestiek). Infeksi pada otak atau
selaput otak.
4.
Faktor fisiologis, bayi atau anak yang ditinggal ibu,
ayah atau kedua orang tuanya cendrung akan mengalami gangguan fisiologis.
Kebanyakan orang
tua mengharapkan anaknya bisa berjalan lebih cepat dibanding anak lainnya.
Namun ternyata, perkembangan motorik khususnya kemampuan berjalan usia normal
sebenarnya bervariasi mulai dari usia 9 bulan sampai 18 bulan. Orang tua harus
mulai khawatir ketika anak tidak bisa berjalan ketika usianya sudah mencapai 18
bulan. Memang, bisa berjalan saat usia 15-18 bulan adalah masih dalam batas
normal, tetapi biasanya anak seperti ini mempunyai gangguan motorik kasar dan
gangguan keseimbangan yang ringan yang akan lebih baik diberikan intervensi dan
stimulasi sejak dini. Menurut Sabri, Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
psikologi manusia tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dalam
keseluruhan proses perkembangan pribadi manusia.[2] Sedangkan,
menurut Fatimah istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan
kuantitatif mengenai aspek fisik atau biologis.[3]
Pada umumnya,
anak terlambat kadang-kadang disertai keterlambatan gerakan motorik kasar
lainnya dan gangguan keseimbangan. Seringkali orangtua atau beberapa dokter
menganggap anak tidak percaya diri atau trauma saat berjalan. Padahal, sebagian
dari anak tersebut mengalami keterlambatan motorik kasar dan gangguan
keseimbangan baik dalam tingkat yang ringan atau yang tidak ringan. Sebaiknya,
orangtua memerhatikan perkembangan motorik kasar, gangguan vestibularis dan
gangguan sensoris pada anak yang sering menjadi penyebab anak terlambat
berjalan.
Sebenarnya,
kemampuan berjalan tak perlu dilatih, karena akan muncul sendiri. Yang penting,
beri perangsangan dengan makanan bergizi yang bisa menguatkan tulang dan otot
kaki, rangsang ia menggerakkan badannya agar seluruh ototnya jadi bagus. Bila
secara fisik belum terlalu siap dan ia pun tak menunjukkan keinginan untuk
berjalan, tak usah dipaksa. Namun, tetap rangsanglah si kecil agar mau mencoba
belajar berjalan. Nanti bila sudah terlihat ada keinginannya untuk berjalan dan
ototnya sudah kuat, barulah kita mulai melatihnya.
Anak-anak dengan
hambatan maupun gangguan dalam perkembangannya ini perlu mendapat perhatian
dari para ahli serta support dari orang tua yang bertujuan membantu mereka agar
dapat mengelola potensi yang ada sehingga mereka dapat mengontrol tingkah
lakunya dan melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Diharapkan anak-anak ini
dapat masuk ke lingkungan sekolah dan berbaur dalam kehidupan sosial yang
normal.
Anak-anak dengan
gangguan perkembangan sangat membutuhkan terapi khusus. Terapi yang dimaksud
merupakan pendidikan yang mengkombinasikan terapi dan pendidikan formal yang
bertujuan mengubah perilaku negatif anak menjadi perilaku positif, dengan
berorientasi pada kelebihan dan kekurangan si anak, serta mempunyai tujuan
jangka panjang mengantarkan mereka menjadi seseorang yang berhasil di bidangnya
sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan
uraian di atas maka, dengan
dasar inilah yang mendorong penulis
untuk tertarik menganalisis masalah
dengan judul Keterlambatan Perkembangan Berjalan Pada Anak
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis telah merumuskan masalah
pokok yaitu
1.
Apakah yang menyebabkan keterlambatan perkembangan
berjalan pada anak ?
2.
Bagaimanakah keterlambatan perkembangan berjalan pada
anak ?
C.
Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka penulis telah merumuskan tujuan
pokok utama yaitu
1.
Untuk mengetahui penyebab keterlambatan perkembangan
berjalan pada anak.
2.
Untuk mengetahui bagaimanakah keterlambatan perkembangan
berjalan pada anak.
D.
Manfaat
1.
Manfaat Teoretis
a.
Bagi peneliti berikutnya, diharapkan sebagai sumber
referensi dan acuan untuk meningkatkan pemahaman dan
penguasaan peneliti tentang keterlambatan perkembangan bejalan pada anak.
b.
Bagi orang tua, diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang teori keterlambatan
perkembangan bejalan pada anak.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi
peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman riil dan menerapkan teori keterlambatan
perkembangan bejalan pada anak.
b.
Bagi
orang
tua, diharapkan
dapat menjadi sebagai pedoman alternatif
dan cara mengetahui keterlambatan perkembangan bejalan pada anak.
BAB II : LANDASAN TEORI
A.
Perkembangan
pertumbuhan fisik anak
Suatu hal yang sangat menggembirakan
ketika kita mendengar tentang perkembangan pertumbuhan fisik anak yang secara
normal. Namun ketika kita mendengar bahwa pertumbuhan fisik anak mengalami
gangguan, sebagai orang tua umumnya mengalami kesulitan dalam menangani
pertumbuhan fisik anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
fisik menurut Fatimah adalah sebagai berikut: Pengaruh keluarga, Pengaruh gizi,
Gangguan emosional, Jenis kelamin, Status sosial ekonomi, Kesehatan, Pengaruh
bentuk tubuh.[4]
Sebenarnya dalam perkembangan
psikologis anak memiliki bahasan pokok yaitu perkembangan rohani manusia yang
dialami sejak ia lahir sampai menjadi dewasa.
Dalam proses perkembangan rohani itu
terjadi sebuah perubahan yang terus menerus, tetapi perkembangan itu tetap
merupakan suatu kesatuan. Diantaranya
masa perkembangan bayi, masa kanak-kanak, masa anak sekolah, masa remaja
(pubertas dan adolesen), dan masa dewasa. Hal ini perlu diperhatikan perkembngan
anak sejak lahir karena berguna untuk mengarahkan perkembangan pada masa bayi
hingga bisa anak perlahan-lahan mulai mengenal lingkungan sekitarnya.
Prof. Arthur T. Jersil dalam bukunya,
Child Psychologiy, 1962. Mengemukakan tentang masa mengandung dan masa
kelahiran.[5]
a.
Masa mengandung
|
b.
Masa kelahiran
Kelahiran dapat diartikan sebagai
kehadiran bayi dikalangan keluarga. Sebelum itu ia berada dalam kandungan ibu,
berwujud tidak lebih dari sebuah sel tunggal, kemudian mengalami perubahan
kehidupan kedunia yang fana ini. Ketika anak yang lahir perlu diperhatikan
ciri-ciri bayi seperti berat, panjang, dan bentuk rambutnya. Bayi yang baru
lahir merupakan makhluk kecil yang tidak berdaya karena kelangsungan hidupnya
bergantung pada belas kasihan dan pertolongan orang lain. Untuk kelangsungan
hidup itu alam membekali dua kepandaian yang disebut insting yaitu insting
mengisap dan insting menagis.
Letter D. Crow dalam bukunya Human
Development and Learning, 1956. Mengemukakan adanya tiga proses dalam
perkembangan yaitu childhood, maturity, dan adulthood.[6]
1.
Childhood yaitu mas-masa yang
mencakup masa kandungan, masa kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, dan masa
anak sekolah.
2.
Maturity yaitu suatu proses
perkembangan ketika seseorang mengalami kematangan sebelum ia memasuki masa
kedewasaannya.
3.
Adulthood yaitu masa
memasuki kedewasaannya. Masa ini
mencakup waktu yang lama sekali yaitu masa wal kedewasaan, masa pertengahan
kedewasaan, dan masa akhir kedewasaan.
B.
Prinsip-prinsip
perkembangan anak
Sajian tentang
prinsip perkembangan tersebut mencakup perkembangan dengan perubahan, bandingan
perkembangan awal dengan perkembangan selanjutnya, hubungan perkembangan dengan
proses kematangan dan belajar, karakteristik dan urutan pola perkembangan, perbedaan
individu dalam perkembangan, karakteristik setiap periode perkembangan, harapan
sosial pada setiap periode perkembangan dan bahaya bahaya potensial yang
dikandungnya, dan variasi kebahagiaan pada berbagai periode perkembangan.
Prinsip-prinsip perkembangan ini tidak perlu Anda hafalkan, tetapi yang penting
Anda dapat memahami dan menerapkannya ketika berinteraksi dengan peserta didik.
1.
Perkembangan melibatkan perubahan
Berkembang berarti mengalami perubahan,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut
juga pertumbuhan. Peserta didik/anak tidak saja menjadi bertambah besar secara
fisik, tetapi juga ukuran dan struktur dalam organ dan otak meningkat. Pada
pertumbuhan ada peningkatan ukuran (berat dan tinggi), maupun struktur atau
proporsi tubuh. Perubahan secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan
fungsi yang besifat progresif/maju dan terarah. Ada keterkatian antara
perubahan yang satu dengan yang lain, maupun sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam
perkembangan terjadi karena adanya dorongan dalam diri individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk merealisasikan/
mengakutalisasikan dirinya. Selain terjadi perubahan dalam bentuk penambahan
ukuran dan proporsi, terdjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri lama dan
munculnya ciri-ciri baru. Misalnya, jika terjadi rambut rontok maka akan tumbuh
rambut baru, kemampuan bahasa anak berubah dari sekedar menangis sampai mampu berbicara
dan berkomunikasi dengan orang lain.
2.
Perkembangan awal lebih kritis dari pada
perkembangan selanjutnya
Tahun-tahun awal
kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan saat yang kritis bagi perkembangan
selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan landasan bagi pembentukan
dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku yang terbentuk cenderung bertahan
dan mempengaruhi sikap perilaku anak sepanjang hidupnya. Pada tahun tahun awal,
anak belajar menyesuaikan dan membiasakan diri dengan berbagai hal yang ada di
sekitarnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar (basic trust) yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Beberapa kondisi
yang mempengaruhi dasar awal perkembangan antara lain: hubungan antarpribadi
terutama dengan anggota keluarga, keadaan emosi yang terbentuk karena sikap
menerima atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, cara atau
pola pengasuhan anak, latar belakang keluarga, serta rangsangan yang diberikan.
Anak yang kelahirannya tidak diharapkan, misalnya, akan mempengaruhi sikap ibu
dan anggota keluarga lain untuk tidak terlalu peduli, kurang memberikan kasih
sayang, dll. Hal ini membuat anak merasa diabaikan, tidak diperlukan, tidak
dikasihi, dan tidak nyaman, yang dapat berakibat lebih lanjut bagi perilaku
anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menarik perhatian orang lain
atau sebaliknya anak menjadi pendiam dan menarik diri.
Sikap dan
perilaku anak yang terbentuk pada tahun-tahun awal kehidupan cenderung bertahan/menetap
dan mewarnai kepribadian dan sikap perilaku anak dalam berinteraksi dengan diri
dan lingkungan selanjutnya. Sikap dan perilaku yang terbentuk agak sulit
diubah, meskipun tidak berarti tidak dapat berubah sama sekali. Akan tetapi,
pengubahan sikap dan perilaku tersebut (terutama yang kurang baik/negatif)
memerlukan motivasi dan usaha keras dari orang yang bersangkutan untuk mau
berubah dan memperbaiki perilaku kebiasaan yang kurang baik tersebut.
3.
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Menurut teori Konvergensi yang
dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses
kematangan dan belajar. Stern memadukan atau mengkonvergensikan teori
Naturalisme dan Empirisme. Menurut teori Naturalisme, perkembangan seseorang
terutama ditentukan oleh faktor alam (nature), bakat pembawaan,
keturunan/heriditas seseorang, termasuk di dalamnya kematangan seseorang..
Sementara itu, teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang
terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada dan
tumbuh-kembang, termasuk di dalamnya lingkunan keluarga, sekolah, dan belajar
anak.
Kenyataannya,
faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan
seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan
dalam perkembangan seseorang. Keduanya saling berinteraksi dan
mempengaruhi.Seorang anak yang mempunyai bakat musik, misalnya, perkembangan
bakat atau kemampuan bermain musiknya tidak akan optimal apabila tidak mendapatkan
kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak/peserta didik yang sudah
ada/dibawa sejak lahir akan bekembang optimal, apabila lingkungan mendukungnya.
Dukungan itu di antaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
4.
Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat
Diramalkan.
Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya, mengikuti hukum arah perkembangan yang menyebar ke luar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh (proxomodistal), serta menyebar ke seluruh tubuh, dari kepala ke kaki (cephalucaudal). Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya, mengikuti hukum arah perkembangan yang menyebar ke luar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh (proxomodistal), serta menyebar ke seluruh tubuh, dari kepala ke kaki (cephalucaudal). Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
Berkenaan dengan
pola tertentu dalam perkembangan dikenal hukum tempo dan irama perkembangan.
Tempo perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengembangkan
aspek tertentu pada dirinya. Ada yang membutuhkan waktu yang cepat atau sebentar,
sedang, atau lambat dalam belajar atau mengembangkan kemampuan aspek tertentu.
Irama perkembangan adalah ritme atau naik turunnya gejala yang tampak akibat
perkekembangan aspek tertentu.
Pada saat perkembangan tertentu anak tampak tenang atau goncang/gelisah. Pada periode perkembangan sekurangnya ada dua periode di mana anak mengalami kegon-cangan atau pancaroba. Pertama, pada masa krisis/menentang pertama (2-3 tahun) di mana kemauan/kehendak anak mulai berkembang dan ingin mandiri sehingga menentang ketergantungan dirinya pada orang tua atau orang lain. Kedua, pada masa krisis/ menentang kedua (14-17 tahun) anak ingin melepaskan diri dari orang tua/orang dewasa dan mencari sampai menemukan jati dirinya sebagai manusia dewasa yang mempunyai karakteristik tertentu.
Pada saat perkembangan tertentu anak tampak tenang atau goncang/gelisah. Pada periode perkembangan sekurangnya ada dua periode di mana anak mengalami kegon-cangan atau pancaroba. Pertama, pada masa krisis/menentang pertama (2-3 tahun) di mana kemauan/kehendak anak mulai berkembang dan ingin mandiri sehingga menentang ketergantungan dirinya pada orang tua atau orang lain. Kedua, pada masa krisis/ menentang kedua (14-17 tahun) anak ingin melepaskan diri dari orang tua/orang dewasa dan mencari sampai menemukan jati dirinya sebagai manusia dewasa yang mempunyai karakteristik tertentu.
5.
Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu.
Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus. Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungan, anak mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap tanggapan/pessepsi anak semakin khusus dan terperinci.
Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi atau hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus. Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungan, anak mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap tanggapan/pessepsi anak semakin khusus dan terperinci.
Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi atau hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat permanen/ tetap
seperti sebelum dan saat kelahiran (cacat, memiliki bakat tertentu), tetapi ada
pula yang bersifat temporer seperti kondisi lingkungan (sakit, interaksi dengan
anggota keluarga dan teman, kondisi sosial budaya, dll).
6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan.
Dalam perkembangan seseorang, selain terdapat pola-pola umum yang sama dan dapat diramalkan, terdapat pula perbedaan pada hal-hal yang khusus. Adanya perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu itu disebabkan oleh faktor internal seperti sex atau jenis kelamin, faktor keturunan atau heriditer, juga faktor eksternal seperti faktor gizi, pengaruh sosial budaya, dll. Perbedaan perkembangan juga terjadi antara lain dalam kecepatan dan cara berkembang.
Menurut
Fatimah setiap individu memiiki ciri, sifat bawaan (heredity), dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitarnya.[7]
Sedangkan, menurut Sabri pengaruh lingkungan yang terdapat pada dalam diri
individu seperti kondisi organ, perubahan-perubahan organis yang disadari
maupun yang tidak disadari yang suatu saat memberikan rangsangan atau
mempengaruhi tingka laku individu.[8]
Dengan mengetahui
adanya perbedaan individu, maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia
tertentu akan memiliki kemampuan perkembangan yang sama. Dan karenanya, kita
tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. Pendidikan anak
harus bersifat perseorangan. Maksudnya, pendidikan dirancang dan dilaksanakan
dengan memperhatikan perbedaan, kondisi, bakat dan kemampuan serta kelemahan
setiap individu anak. Dengan pendidikan dan perlakuan yang demikian, diharapkan
setiap anak dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi dirinya.
7. Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus
Setiap anak/peserta didik memang merupakan individu yang berbeda, yang harus diperlakukan berbeda secara individual. Namun demikian, pada perkembangan secara keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam kehidupan seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan karakteristik khusus pada setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan anak secara optimal.
Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Sabri adalah masa sebelum lahir (Prenatal Period), Masa bayi baru lahir (New Born), Masa bayi (Babyhood), Masa Kanal-kanak awal (Early Childhood), Masa kanak-kanak akhir (Letter childhood), Masa remaja (Adolescence), Masa dewasa awal (Early Adulthood), Masa dewasa madya (Middle Adulthood), Masa bayi lanjut (Letter Adulthood).[9] Menurut Santrock, periode perkembangan yang paling luas digunakan untuk menggambarkan perkembangan seorang anak yaitu periode prakelahiran (prenatal period), masa bayi (Infancy), masa kanak-kanak awal (Early Childhood), masa kanak-kanak tengah dan akhir (Middle and late childhood), masa remaja (adolescence).[10]
Peralihan periode
perkembangan sebelumnya ke periode berikutnya ditandai oleh gejala keseimbangan
dan ketidakseimbangan yang terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah
mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi, maka terbangunlah
suatu keseimbangan (equilibrium). Selanjutnya, individu berupaya melepaskan
diri dari ketergantungannya dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk
mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi keadaan ketidakseimbangan
(disequilibrium). Hal ini terjadi secara berkelanjutan dalam perkembangan
kehidupan seseorang.
8. Terdapat Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan
Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang oleh Havighurst disebut tugas perkembangan (development task). Mengingat pentingnya peran tugas perkembangan pada setiap periode perkembangan, maka akan dibahas secara tersendiri khususnya tugas perkembangan pada periode anak usia SD/MI (6-12 tahun).
Seseorang dianggap berperilaku normal apabila mampu melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tuntutan sosial pada periode tertentu dengan menunjukkan pola perilaku yang umum, dan perilaku bermasalah apabila individu tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan atau mengalami kesulitan dalam mengadakan pernyesuaian perilaku, sesuai dengan tuntuan sosial dan pola perilaku yang muncul pada periode tertentu. Perilaku bermasalah pada periode perkembangan terjadi karena adanya keterlambatan ataupun percepatan perkembangan aspek tertentu pada diri seseorang dibandingkan dengan gejala perkembangan aspek tertentu pada umumnya, dan individu tersebut mengalami kesulitan penyesuaian dengan teman-teman seusianya.
Peserta didik
yang mengalami keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan
mengalami rasa bahagia. Sebaliknya, peserta didik yang menga-lami kegagalan
atau kekurangberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, akan merasa
kurang bahagia sehingga dapat menghambat perkembangan selanjutnya.
9. Setiap Perkembangan Mengandung Bahaya Potensial/Resiko
Bahaya potensial
atau resiko yang terjadi karena peralihan antarperiode perkembangan, yakni dari
periode perkembangan sebelumnya ke periode perkembangan selanjutnya, terjadi
keadaan ketidakseimbangan dan adanya tuntutan sosial terhadap peserta didik
yang sedang berkembang. Bahaya potensial tersebut dapat berasal dari dalam
individu, baik secara fisik maupun psikis, juga dapat distimulasi dari luar
sehubungan dengan masalah-masalah penyesuaian akibat keadaan ketidakseimbangan
dan tuntuan sosial untuk menyelesaikan tugas perkembangan itu.
Dengan menyadari
adanya bahaya potensial atau resiko pada setiap periode perkembangan, kita
perlu bersikap bijaksana dalam menghadapi gejolak perilaku peserta didik. Hal
ini akan dapat mencegah atau meminimalkan dampak negatif akibat perkembangan
setiap periode pada diri mereka.
10. Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan
Kebahagian dalam
perkembangan sangat bervariasi karena sifatnya subjektif. Rasa kebahagiaan itu
dipersepsi dan dirasakan setiap orang dengan cara yang sangat bervariasi. Akan
tetapi,banyak orang berpendapat bahwa masa anak merupakan periode yang
membahagiakan dibandingkan dengan periode-periode lainnya.
Kebahagiaan pada
masa kecil memegang peranan penting dalam perkembangan seseorang karena menjadi
modal dasar bagi kesuksesan perkembangan dan kehidupan selanjutnya. Anak yang
bahagia tercermin pada sosok dan perilakunya. Biasanya mereka sehat dan
energik. Oleh karena itu, pada masa perkembangan, guru maupun orang tua perlu membekali
anak dengan motivasi yang kuat, menyalurkan energi anak pada kegiatan-kegiatan
bermanfaat, melatih mereka menghadapi dan menerima keadaan ketidakseimbangan
dan situasi sulit dengan lebih tenang dan tidak panik, serta mendorong mereka
untuk membina hubungan sosial secara sehat.
Berdasarkan hasil
penelitian, kebahagaian seseorang dipengaruhi oleh penerimaan (acceptance) dan
kasih sayang (affection) dari orang-orang di sekitarnya, serta prestasi
(achievement) yang dicapai oleh seseorang dalam kehidupannya.
C.
Perkembangan
gerakan motorik normal
Pada masa perkembangan anak hal yang
perlu kita ketahui adalah motorik pada anak. Menurut Zulkifi Motorik adalah
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh.[11] Ada
tiga unsur yang memegang peranan yaitu otot, otak, dan saraf. Gerakan-gerakan
tubuh yang dimotori dengan kerja sama antara otot, otak, dan saraf-saraf
dinamakan motorik. Mula-mula bayi dapat mengusai otot-otot bibir, lidah, mata
dan sebagainya. Kemudian iya menguasai otot-otot leher dan bahunya[12]. Pada
anak yang berusia 3 bulan, sudah dapat menggerak-gerakkan kepanyanya
mencari-cari sumber bunyi, mengikuti benda dangan matanya. Pada saat inilah ada
artinya anak diberi alat mainan, misyalnya balon berwarna yang dgantungkan
diatas ayunannya. Pada anak yang berusia 4 bulan, jika ia ditelungkupkan,
mencoba-coba mengangkat kepalnya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia
menguasai lengan, tangan, tungkai dengan kakinya. Latihan itu umumnya
dicari-cari sendiri, dilakukan dengan sukarela dan gembira. Anak yang berusia 5
bulan dapat menggerakkan lengannya kearah tertentu, ke salah satu benda yang
diihatnya. Selanjutnya ia dapat memegang sesuatu. Ada kemungkinan batas-batas
usia yang disebutkan disini tidak sesuai dengan usia anak yang sedang anda amati,
sebab batas-batas usia itu sebenarnya sangat relatif.
1.
Belajar masa berjalan
Masa bayi berlangsung lebih-kurang
satu setengah tahun lamanya. Masa ini penuh dengan latihan-latihan, dan banyak
kemajuan yang dapat dicapainya. Dalam kesempatan yang terbatas ini, tentu tidak
semua kegiatan dapat kita bicarakan yang terpenting adalah belajar berjalan dan
belajar berbicara. Untuk sementara lebih dahulu kita membicarakan belajar
berjalan.
Hasil penelitian A. Gesell
mengemukakan tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam berjalan.[13]
Sedangkan, pendapat Gasell itu tidak jauh berbeda dengan pendapat Mary M.
Shirley tentang bayi yang belajar duduk, merangkak, dan berjalan.[14]
Kedua pendapat tokoh diatas disesuaikan dengan keadaan iklim tropis di
Indonesia dalam sebuah “Daftar Kemajuan” sebagai berikut :
a.
Umur 1 bulan, bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah
umurnya bertambah, ia mulai berlatih menggerak-gerakkan tubuhnya.
b.
Umur 2 bulan, ia menggerakkan dan memutar kepalanya
dengan susah payah.
c.
Umur 3 bulan, ia belajar membalikkan badannya. Tetapi
setelah tertelungkup, seluruh badan dan mukanya terbenam diatas pembaringannya.
d.
Umur 4 bulan, pada waktu terlungkup, ia mencoba
mengdongakkan kepalanya sedikit walaupun dalam waktu yang singkat sekali.
e.
Umur 5 bulan, setelah mampu menegakkan kepalanya, ia
mencoba mengangkat dadanya dengan menopangkang kedua kakinya dan tangannya.
f.
Umur 6 bulan, sudah ada keinginannya untuk merangkak.
Jika ia sedang menelungkup, kita letakkan sepotong mainan di depannya, ia
menggerak-gerakkn kaki dan tangannya seolah-olah ia berenang, tetapi hasilnya
belum tercapai karena otot-ototnya belum cukup kuat. Dengan bantuan diangkat
sedikit badannya, ia dapat bergerak maju sedikit.
g.
Umur 7 bulan, ia dapat duduk sendiri dan berbaring
berbalik-balik.
h.
Umur 8 bulan, ia dibantu belajar berdiri.
i.
Umur 9 bulan, ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan
pada sisi-sisi meja dan kursi.
j.
Umur 10 bulan, jika otot-ototnya sudah cukup kuat serta
sarafnya cukup mulai matang, ia mulai berlatih merangkak.
k.
Umur 11 bulan, ia belajar “merambat” dengan berpegangan
pada perabot rumah tangga. Ayah membutkan mainan “alat berjalan” dari sepotong
kayu pegangan yang ditusukkan mendatar ke dalam sepotong bambu. Bambu dapat
berputar tegak pada sepotong kayu yang dipancangkan lurus ke dalam tanah.
Dengan bantuan alat berjalan itu ia dapat berlatih.
l.
Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia
berdiri sendiri.
Dalam prakteknya, usaha-usaha dan
latihan yang terlalu bebas diberikan bisa meninggalkan kesan berupa bibit cacat
pada tulang-tulang kakinya yang baru di kemudian hari muncul. Sehubungan dengan
hal itu baiklah kita perhatikan, bahwa terlalu melepaskan atau terlalu
mencampuri kurang baik dan tidak pada tempatnnya.
Menurut Thalen, 2000 dalam buku Sanrock
Perkembangan Anak mengemukakan bahwa untuk berjalan lurus , bayi harus mampu
menyeimbangkan diri di atas satu kaki saat yang lain berayun ke depan dan juga
memindahkan berat badan dari satu kaki kekaki yang lain.[15]
Pada bayi yang masi kecil dapat membuat gerakan kaki yang berganti-ganti yang
diperlukan ketika berjalan. Jalan syaraf yang mengendalikan pergantian kaki
telah ada sejak usia yang sangat dini, mungkin bahkan sejak lahir atau
sebelumnya.
Bayi melakukan gerakan menendang
berganti-ganti yang cukup sering sepanjang enam bulan pertama kehidupan saat
mereka berbaring terlentang. Juga ketika bayi berusia 1 atau 2 bulan dipegangi
dengan kaki menyentuh treadmill yang
sedang bergerak, mereka menunjukkan langkah berganti-ganti yang terkoordinasi
dengan baik. Meskipun memiliki kemampuan dini ini, kebanyakan bayi tidak
belajar berjalan hingga sekitar ulang tahun pertama mereka.
Pada pencapaian motorik anak menurut
Santrock bahwa tingkat perkembangan motorik di mulai pada tahap pertama,
tengkurap, mengangkat kepala; tahap kedua, tengkurap, dada diangkat,
menggunakan lengan untuk menahan; tahap ketiga, berguling; tahap keempat,
menahan berat dengan kaki; tahap kelima, duduk tampa berpegangan; tahap keenam,
berdiri dengan berpegangan; tahap ketujuh, menarik badan hingga berdiri; tahap
kedelapan, berdiri menggunakan perabotan untuk bertahan; tahap kedelapan,
berdiri dengan mudah; tahap kesembilan, berjalan dengan mudah.[16]
2.
Perkembangan gerakan motorik anak pada usia
Perkembangan motorik anak terbagi atas
3 tahapan yaitu tahap kognitif yaitu saat anak berusaha memahami keterampilan
gerak tertentu, dan mempelajari apa saja yang dibutuhkannya untuk melakukan
gerakan tersebut; tahap asosiatif, pada masa ini, anak mulai banyak melakukan
gerakan dengan metode trial and error atau cara coba dan salah. Ketika anak
melakukan sesuatu gerakan yang salah, maka gerakan tersebut akan dikoreksinya,
agar tidak terulang kembali kelak; tahap autonomous, pada tahapan ini gerakan
si anak merupakn respon yang lebih efisien dan otomatis dengan sedikit kesalahan
terhadap gerakan yang ditujukan kepadanya. Adapun tahapan gerakan motorik anak
pada usia yaitu,
a.
Usia
6-8 bulan yaitu duduk
dan merangkak dengan dua dengkul kaki.
b. Usia
12-18 bulan yaitu berdiri
tanpa bantuan, Berjalan dengan merambat ke perabotan di rumah, Berjalan 2 atau
3 langkah tanpa bantuan, Berjalan 10-20 menit tanpa bantuan.
c.
Usia
18-24 bulan yaitu berjalan
tanpa kesulitan, Menarik mainan sambil berjalan, Membawa mainan besar sambil
berjalan, Naik/turun bangku tanpa bantuan, Menemukan cara sendiri untuk
berjalan mundur, Bisa naik/turun tangga dengan bantuan.
d.
Usia 24-36 bulan yaitu umumnya mampu memanjat dengan
baik, berjalan naik/turun tangga dengan menggunakan satu kaki per anak tangga, Berjalan jinjit.
3.
Urutan Perkembangan Motorik
a.
Bagian kepala
1)
Ocular melakukan gerakan: 4 minggu
2)
Senyum social
(untuk menanggapi senyuman orang lain): 3 bulan
3)
Koordinasi mata: 4 bulan
4)
Menegakkan
kepala: dalam posisi
tengkurap: 1 bulan, dalam posisi
duduk: 4 bulan
b.
Bagian batang tubuh
1)
Membalik dari miring ke
telentang: 2 bulan,
dari terlentang ke miring: 4 bulan, lengkap: 6 bulan
2)
Duduk - menarik
ke posisi duduk:
4 bulan, dengan bantuan: 5 bulan, tanpa bantuan: 9
bulan
3)
Organ eleminasi -
pengendalian usus: 2
tahun, pengendalian kandung air seni: 2-4 tahun
c.
Tangan
1)
Gerakan bertahan: 2 minggu
2)
Mengisap jempol: 1 bulan
3)
Menggenggam dan menjangkau: 4 bulan
4)
Memegang dan menggenggam: 5 bulan
5)
Memungut benda dengan ibu jari: 8 bulan
d.
Kaki
1)
Mengesot: 6 bulan
2)
Merangkak; 7 bulan
3)
Maju perlahan-lahan –pada tangan dan lutut: 9 bulan, pada
kedua tangan dan kedua kaki: 10 bulan
4)
Berdiri–dengan bantuan: 8 bulan, tanpa bantuan: 10 bulan
5)
Berjalan–dengan
bantuan: 11 bulan,
tanpa bantuan: 12-14 bulan
e.
Konsep Dasar Gerak
1)
Kemampuan gerak dasar
a)
Kemampuan
lokomotor: memindahkan tubuh
dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas.
Berjalan, berlari dan sebagainya
b)
Kemampuan non lokomotor: dilakukan
di tempat, tanpa ada
ruang gerak yang
memadai. Menekuk, dan meregang,
mendorong dan menarik
dan sebagainya.
c)
Kemampuan manipulatif: lebih banyak melibatkan tangan dan
kaki tetapi bagian tubuh yang lain juga dapat digunakan.
2)
Macam-macam gerakan
a)
Gerakan instinktif: dorongan dari dalam diri untuk
memuaskan dorongan itu.
b)
Gerakan
refleks: dorongan dating
dari luar berbentuk perangsang.
c)
Gerakan
spontan (impulsif); dorongan
atau perangsangnya datang
dari dalam diri
sendiri, mulanya dirasakan sebagai tidak bertujuan.
3)
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
a)
Motorik
kasar: memacu kemampuan
anak saat beraktivitas dengan
menggunakan otot-otot besarnya seperti:
-
Nonlokomotor
-
Lokomotor
-
Manipulatif
b)
Motorik halus: memacu
kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot
halus.
Menurut
Zulkifli Berdasarkan hukum irama perkembangan bahwa hukum irama berlaku untuk
perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani
tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan
merupakan gelombang-gelombang besar dan kecik silih berganti. [17]
Gambar 1 : kegiatan berjaan dan berbicara
Garis-garis tebal yang melalui titik a dan titik c menunjukkan bahwa usaha anak belajar berjalan sedang ditingkatkan. Garis-garis tebal yang melalui titik b dan titik d (tidak kelihatan pada gamar) menunjukkan bahwa anak sedang berusaha belajar berbicara. Anak yang sedang giat-giatnya belajar berjalan, kegiatan belajar berbicaranya mereda untuk sementara, kemudian seluruh perhatiannya dialihkan untuk kegiatan berbicara.
Irama perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami seorang anak. Anak itu memusatkan perhatian untuk satu tugas perkembangan tertentu agar ia dapat tidur dengan tenang dan tidak sakit. Tempo perkembangan membandingkan perkembangan dua orang anak. Mereka berkembang sesuai dengan temponya masing-masing. Misyalnya anak laki-laki cepat pandai berjalan, anak perempuan cepat pandai berbicara.
Irama perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami seorang anak. Anak itu memusatkan perhatian untuk satu tugas perkembangan tertentu agar ia dapat tidur dengan tenang dan tidak sakit. Tempo perkembangan membandingkan perkembangan dua orang anak. Mereka berkembang sesuai dengan temponya masing-masing. Misyalnya anak laki-laki cepat pandai berjalan, anak perempuan cepat pandai berbicara.
4.
Ciri-ciri gerakan motorik anak menurut Zulkifli.[18]
a.
Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan
untuk maksud-maksud tertentu.
b.
Gerak yang dilakukan tidak sesuai untuk mengangkat benda.
c.
Gerak serta. Mari kita perhatikan anak yang bermain-main
dengan botol susunya, kelihatan bahwa mulut, leher dan kepalanya turut bergerak
semuanya. Gerakan-gerakan yang berlebihan merupakan ciri-ciri dari motorik yang
masih muda.
D.
Kriteria penggolongan keterlambatan
berjalan
1.
Bisa
berjalan usia 8 bulan - 12 bulan
Kemampuan berjalan sangat baik dan
sangat cepat, biasanya anak demikian motorik kasar dan kemampuan
keseimbangannya sangat baik. Pada kelompok ini mungkin tidak perlu intervensi
atau stimulasi karena anak akan belajar berjalan sendiri dengan baik tanpa
bantuan.
2.
Bisa
berjalan usia 12 bulan - 15 bulan
Kemampuan berjalan biasa dan rata-rata
anak seusia. Biasanya anak demikian motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya
normal. Pada kelompok ini mungkin intervensi atau stimulasi ringan akan lebih
baik.
3.
Bisa
berjalan usia 15 bulan - 18 bulan
Kemampuan berjalan normal tetapi kurang
optimal. Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan
keseimbangannya kurang begitu baik. Pada kelompok ini perlu intervensi atau
stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis lebih baik
4.
Bisa
berjalan usia 18 bulan - 24 bulan
Kemampuan berjalan terlambat ringan.
Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya
tidak baik. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau stimulasi ringan
agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Sebaiknya dilakukan
oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
5.
Bisa
berjalan usia 24 bulan - 32 bulan
Kemampuan berjalan terlambat berat .
Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya
buruk. Dalam keadaan seperti ini, biasanya disertai gangguan neurologis atau
susunan saraf pusat. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau
stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal.
Stimulasi seperti tersebut harus dilakukan oleh arahan tenaga profesional
seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
6.
Belum
bisa berjalan sampai usia 32 bulan
Kemampuan berjalan terlambat sangat
berat . Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan
keseimbangannya sangat buruk. Dalam keadaan seperti ini, biasanya disertai
gangguan neurologis atau susunan saraf pusat yang sangat berat seperti
penderita Cerebral palsy. Pada kelompok ini harus dilakukan intervensi atau
stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal.
Stimulasi seperti tersebut harus dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti
Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi.
E.
Penyebab keterlambatan berjalan anak
Berbagai faktor
yang dapat menyebabkan si anak lambat bereaksi. Menurut Musbikin faktor yang
menyebabkan anak lambat berjalan yaitu kurangnya stimulasi, gangguan gizi ketika
bayi, hingga gangguan sistem saraf.[19]
1.
Ketidakmatangan Persyarafan
Kemampuan anak
melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang
mengatur gerakan tersebut. Ada faktor yang menjadi penghambat menurut
Gandasetiawan antara lain faktor plah asuh, faktor biologis, mengalami kedua
faktor pada polah asuh dan biologis pada anak.[20] Pada
waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum
berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan
motorik. Pada usia ± 5 tahun, syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan
menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar yang mengontrol gerakan
motorik kasar, seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang
lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus yang mengontrol kegiatan
motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle ,
memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan
sebagainya.
2.
Gangguan vestibularis atau keseimbangan
Pada anak yang
mengalami dysfunction of
sensory integration (DSI) sering mengalami gangguan keseimbangan.
Gangguan keseimbangan yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya
diri. Gangguan keseimbangan ini biasanya ditandai dengan anak takut saat
berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang seperti ayunan, mainan
kuda-kudaan listrik dengan koin, naik lift atau eskalator.
Anak tidak suka
naik umumnya di dalam mobil. Anak mungkin tidak kooperatif sebagai upaya
menghindari sensasi yang membuat anak terganggu. Anak yang underreactive untuk input
vestibular tampaknya tidak pusing bahkan setelah berputar untuk waktu yang
lama, dan tampaknya menikmati gerakan cepat seperti berayun. Bila berjalan
terburu-buru, gerakannya canggung, mudah tersandung atau jatuh. Dia mungkin
tidak membuat upaya untuk menangkap dirinya sendiri ketika dia jatuh. Anak
tampak kesulitan memegang kepalanya sambil duduk. Anak tidak cenderung untuk
melakukannya dengan baik dalam olahraga. Dia mungkin memiliki gaya canggung,
atau gerakan yang tidak biasa ketika bergerak lengan atau kepala. Biasanya juga
disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial
yang khas.
3.
Keterlambatan ringan perkembangan
motorik kasar
Seorang anak
yang terlambat berjalan, kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan merangkak.
Namun sayangnya, keterlambatan ini bukanlah hal pertama yang mungkin disadari
oleh para orangtua. Menurut dr. Andrew Adesman, kepala bagian perkembangan dan
perilaku anak pada Schneider Children’s Hosptal di New York, Amerika Serikat,
ketelambatan perkebangan motorik anak dikarenakan kemampuan perkembangan lebih
lambat.[21]
Perkembangan ini sangat bervariasi pada setiap anak. Sejumlah penybab yang
dapat memicu perkembangan motorik dan kaki seorang anak menjadi terganggu dan
bahkan terhambat sama sekali, yakni gangguan kualitas dan gangguan kuantitas. Jika
ini penyebabnya, maka dokter akan melihat jalan anak dalam konteks yang berbeda
dan mencari tahu berada dimana ia dalam rangkaian perkembangan motoriknya.
Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi
visual-spasial yang khas.
4.
Gangguan sensoris
Pada kasus tertentu, anak sering
mengalami sensitif pada telapak tangan dan kaki. Sehingga hal ini mengakibatkan
anak sering jinjit. Menurut Musbikin faktor penyebab terjadiny penyimpangan
tumbuh kembang kaki anak, antara lain akibat kelainan bawaan, seperti telapak
kaki ceper dan kelainan pada tulang pungul.[22] Selama ini, jalan jinjit atau
Tip Toe masih
belum diketahui penyebabnya. Meskipun bukan karena kelainan anatomis. Selama
ini, orangtua menganggap hal itu adalah memang perilaku anak. Pada anak dengan
gangguan sensoris raba biasanya disetai gangguan sensoris suara dan cahaya.
Gangguan sensoris suara biasanya anak takut dan tidak nyaman ketika mendengar
suara dengan frekuensi tertentu seperti suara blender, suara bayi menangis,
suara gergaji listrik. Gangguan sensoris cahaya biasanya anak sangat sensitif
terhadap cahaya terang dan sinar matahari.
F.
Faktor Predisposisi
Keterlambatan
berjalan biasanya sering terjadi pada kelompok anak tertentu seperti :
1.
Bayi
prematur, obesitas atau kegemukan, bayi lahir dengan berat bada rendah atau
kurang dari 2.500 gram, anak dengan gangguan hipersensitif saluraan cerna
seperti gastropoesepageal refluks, sering muntah, mual atau sering sulit buang
air besar. Keadaan ini sering terjadi pada anak alergi atau hipersensitif
saluran cerna. Sangat jarang pada anak menderita tumor otak, retardasi
mental dan cerebral palsy.
2.
Prognosis
a.
Anak
dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disetrai keterlambatan lainnya
seperti keterlambatan merangkak, duduk, berlari atau melompat.
b.
Anak
dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disertai gangguan motorik kasar dan
keseimbangan. Pada keadaan ini harus diwaspadai biasanya anak mudah terjatuh
dan tersandung. Saat jatuhpun biasanya anak lebih tidak bisa menguasai diri
sehingga sering terbentur kepala atau dagunya.
c.
Di
masa depan anak dengan keterlambatan berjalan biasanya tidak menyukai olahraga
atau nilai olahraganya tidak bagus. Anak seperti ini biasanya hanya senang
melihat televisi, main game atau bermain di dalam rumah. Demikian juga saat
sekolah biasanya hanya lebih senang menonton temannya yang sedang bermain di
halaman.
d.
Tetapi
pada anak dengan keterlambatan ringan motorik kasar biasanya akan mempunyai
ketrampilan motorik halus yang sangat baik seperti kerajinan tangan,
menggunting, main puzzle,
main game atau
permainan elektronik lainnya. Biasanya kemampuan tangan lebih baik daripada
keterampilan kaki. Sehingga olahraga yang lebih disukai dan dikuasai adalah
tenis, basket, badminton dibandingkan olahraga lari atau sepakbola.
G.
Penanganan keterlambatan berjalan anak
Jika terjadi
keterlambatan si kecil dalam berjalan, maka langkah awal yang harus dilakukan
adalah memastikan adanya gangguan persarafan dengan melakukan pemeriksaan neurologis, penilaian
terhadap fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan berbagai gerakan.
Bila penyebabnya
disebabkan karena adanya keterlambatan motorik dan gangguan keseimbangan maka
sebaiknya dilakukan beberapa stimulasi intervensi latihan untuk memperbaikinya.
Stimulasi dan intervensi bila dilakukan pada keterlambatan berjalan yang ringan
karena akan berdampak dengan kemampuan motorik lainnya dimasa depan.
Terapi fisik
dilakukan tenaga terlatih khususnya Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
untuk kasus dengan gangguan keterlambatan berjalan ringan hingga berat.
BAB III : KESIMPULAN
Menurut Thalen, 2000 dalam buku Sanrock Perkembangan Anak
mengemukakan bahwa untuk berjalan lurus , bayi harus mampu menyeimbangkan diri
di atas satu kaki saat yang lain berayun ke depan dan juga memindahkan berat
badan dari satu kaki kekaki yang lain.[23]
Pada bayi yang masi kecil dapat membuat gerakan kaki yang berganti-ganti yang
diperlukan ketika berjalan. Jalan syaraf yang mengendalikan pergantian kaki
telah ada sejak usia yang sangat dini, mungkin bahkan sejak lahir atau
sebelumnya.
Menurut
Musbikin faktor yang menyebabkan anak lambat berjalan yaitu kurangnya
stimulasi, gangguan gizi ketika bayi, hingga gangguan sistem saraf.
Bila penyebabnya
disebabkan karena adanya keterlambatan motorik dan gangguan keseimbangan maka
sebaiknya dilakukan beberapa stimulasi intervensi latihan untuk memperbaikinya.
Stimulasi dan intervensi bila dilakukan pada keterlambatan berjalan yang ringan
karena akan berdampak dengan kemampuan motorik lainnya dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia,
2006.
Gandasetiawan, Ratih Zimmer. Mendesain Karakter Anak Melalui Sesomotorik.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011.
Musbikin, Imam. Pintar Mengatasi Masalah Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta:
FlashBooks, 2012.
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Psikologi Umum & Perkembangannya. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Santrock, John W. Perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga, 2007.
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
[1] Enung Fatimah. Psikologi
Perkembangan Peserta didik. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), hh. 42-43.
[2] M. Alisuf Sabri. Pengantar
Psikologi Umum & Perkembangannya. (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2010), h. 137
[4] Enung Fatimah. Psikologi
Perkembangan Peserta didik. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), hh. 55-56.
[5] Prof. Arthur T. Jersil, “Child Psychologiy,” dikutif
langsung oleh Zulkifli, Psikologi Perkembangan. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2006), pp. 5-6.
[6] Letter D. Crow, “Human Development and Learning,” dikutip
oleh Zulkifli, Psikologi Perkembangan. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006), pp. 6-7.
[8] M. Alisuf Sabri.
Pengantar Psikologi Umum & Perkembangannya. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), h. 34.
[9] M. Alisuf Sabri. Pengantar Psikologi Umum &
Perkembangannya. (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2010), hh. 149-169.
[13] A. Gesell,
“Child Development, 1949,”
dikutif langsung oleh Zulkifli, Psikologi Perkembangan. (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2006), p. 27
[14] Mary M. Shirley,
“The
First Two Years, 1933,”
dikutif langsung oleh Zulkifli, Psikologi Perkembangan. (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2006), p. 27
[15] Thalen, 2000. dikutif
langsung oleh John W Santrock. Perkembangan Anak.
(Jakarta: Erlangga, 2007), p. 210.
[19]Imam Musbikin. Pintar Mengatasi Masalah Tumbuh Kembang Anak.
(Jogjakarta: FlashBooks, 2012), p.51.
[20]Ratih Zimmer
Gandasetiawan. Mendesain Karakter Anak Melalui Sesomotorik.
(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), h.73.
[21] dr. Andrew Adesman, Perkembangan
dan perilaku anak pada Schneider Children’s Hosptal di New York, Amerika
Serikat dikutif langsung oleh Imam Musbikin. Pintar Mengatasi Masalah Tumbuh Kembang Anak. (Jogjakarta:
FlashBooks, 2012), p.72-73
[22] Imam
Musbikin. Pintar Mengatasi Masalah Tumbuh
Kembang Anak. (Jogjakarta: FlashBooks, 2012), p.74
[23] Thalen, 2000. dikutif
langsung oleh John W Santrock. Perkembangan Anak.
(Jakarta: Erlangga, 2007), p. 210.
👍
ReplyDelete